Wednesday 1 June 2016

KEHIDUPAN SESUDAH MATI MENURUT ALQURAN

BISMILLAH,

Kita beruntung dikirim Allah ke bumi melalui ayah dan Ibu kita. Mengapa beruntung? Karena dunia ini adalah ajang untuk kita mempersiapkan diri menuju kampung akhirat yang abadi. So, jangan sia-siakan... bertanamlah untuk bekal ke kampung yang abadi itu..

Sesungguhnya dunia adalah kampung kebenaran bagi yang benar dalamnya kampung kekayaan bagi yang membekali dirinya, kampung belajar bagi yang mengambil pelajaran, masjid kekasih Allah, mushalla para malaikat Allah, tempat turunnya wahyu,dan tempat berniaganya kekasih-kekasih Allah.” (Nahjul-Balaghah) 

Ungkapan Sayidina Ali kw di atas memberikan kepada kita pelajaran berharga akan dimensi lain makna kehidupan di dunia. Dalam untaian yang fasih tersebut, Sayidina Ali kw menunjukkan bagaimana manfaat dan bergunanya dunia bagi peningkatan kesempurnaan manusia. Dunia merupakan taman pendidikan yang mesti dilalui manusia untuk mendapatkan hasilnya kelak di Akhirat. Jika hasilnyan baik maka kebaikan dan kebahagiaan surgalah yang diperolehnya, tetapi jika hasilnya buruk maka keburukan nerakalah yang menjadi tempat tinggalnya, “Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan duniawi, neraka adalah tempat tinggalnya, sedangkan yang takut pada kebesaran Tuhannya dan mencegah dirinya dari mengikuti hawa nafsu, sorga adalah tempat tinggalnya”. (QS. An-Naziat : 37-41) 

Kematianyang berarti terpisahnya jasad material dengan ruh, merupakan salah satu stasiun perjalanan menuju ke akhirat, dimana seluruh makhluk hidup di dunia akan berakhir dan memasuki alam yang baru, yakni alam barzakhatau alam kubur. Alquran menyebutkan “Semua yang ada di muka bumi ini akan fana.” (Q.S. al-Rahman: 26); “Setiap yang bernyawa itu pasti akan mengalami kematian.” (Q.S. Ali Imran: 185); “Sesungguhnya engkau wahai rasul, akan mati. Dan sesungguhnya mereka pun akan mati.” (Q.S. az-Zumar: 30). 

Mati bukanlah akhir dari segalanya, melainkan dimulainya episode baru dalam kehidupan yang berbeda. Karakter hakiki kematian bukanlah kemusnahan, melainkan pembaharuan dan perpindahan. Karena itu, kematian tidak mesti ditakutkan, tetapi suatu peristiwa yang harus dihadapi dengan berbagai persiapan yang matang, sebab Allah “menjadikan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah diantara kamu yang terbaik amalnya” (Q.S. Al-Mulk: 2)

Dalam pandangan agama, seseorang bergerak menuju jalan kesempurnaan dalam bentuk kematian. Dalam Alquran, selain menggunakan kata mauta(mati), terdapat juga istilah tawaffa atau wafat. Tawaffasecara bahasa berarti pengambilan sesuatu secara utuh dan sempurna. Di saat manusia menarik sesuatu dengan betul-betul dan utuh sehingga tak ada yang tersisa, dalam bahasa Arab diungkapkan dengan kata tawaffa. Misalnya ungkapantawaffaitul mal, yang bermakna‘aku telah ambil seluruh harta bendaku tanpa kurang dan lebih.’ Artinya, kematian merupakan pintu atau jembatan yang harus dilewati agar manusia dapat memasuki alam lain yang lebih sempurna. Dengan begitu, kematian berarti kelahiran dan kehidupan baru, ”Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi tugas (untuk mencabut nyawamu) akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Allah-lah kalian akan dikembalikan”. (QS. As-Sajadah: 11).

Jika kita memahami ini, maka kematian merupakan proses pengembalian manusia, baik dari sisi jasmani maupun ruhani. Secara material, dikatakan bahwa jasad manusia berasal dari tanah, maka ia akan kembali ke pada tanah setelah matinya (dikubur/dikebumikan), begitu pula secara non-material, ruh manusia berasal dari alam yang lebih tinggi darinya yaitu alam mitsal (alam barzakh), maka ia dikembalikan ke alam barzakh, yang merupakan alam yang sesuai dengan karakteristiknya. 

Mencermati ayat-ayat al-Quran, proses kematian atau pencabutan ruh manusia di bawah kuasa Tuhan yang dilaksanakan oleh utusan-utusan-Nya (malaikat) dengan model pencabutan disesuaikan pada karakter manusianya. Jika manusia mukmin maka proses pencabutan berjalan dengan lancar dan penuh kelembutan,Allah berfirman, “Mereka yang dimatikan oleh para malaikat yang baik itu berkata, ‘Salam sejahtera atas kalian’.” (Q.S. an-Nahl: 32); “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S. al-Fajr: 27-30). 

Dan sebaliknya, jika terhadap manusia kafir, utusan-utusan Tuhan mencabut nyawanya dengan penuh kekerasan, Allah berfirman : “Jika saja kamu melihat ketika malaikat itu mematikan orang-orang yang kafir, mereka memukul-mukul wajah mereka dan punggung mereka.” (Q.S. al-Anfal: 50); “…Alangkah dahsyatnya sekira kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), ‘keluarkanlah nyawamu’…” (Q.S. al-An’am: 93). Semoga Allah menjaga kita dari kematian yang su’ul khatimah.

sumber:  mimbar islam

No comments:

Post a Comment